Powered By Blogger

kisah inspiratif widya

Selasa, 27 April 2010

Misteri Jodoh

Hmm...Jodoh. Kayaknya lumayan seru ya ngobrolin tema ini. Terutama bagi mereka yang belum juga mendapatkan pasangan hidup, atau mereka yang pernah punya pasangan, tetapi ditengah jalan memiliki cobaan untuk kehilangan pasangan. seperti saya? (ehem!)

Sebenarnya begini. Dari dulu saya ini sudah jadi "ladang" curahan hati bagi teman-teman saya. Ada banyak hal yang mereka kisahkan. Tetapi jika dihitung-hitung, persentase tertinggi yang menjadi curahan itu justru masalah: Jodoh! Entah mengapa mereka memilih saya untuk mengungkap dan membahas permasalahan ini. Apakah mungkin karena saya terlihat seperti banyak waktu untuk mendengar cerita, atau mungkin karena saya memiliki kesamaan karena sekarang sudah mengusung kembali status "single"? Entahlah.

Tapi teman-teman ini, bukan hanya pria atau wanita, yang mencari saya biasanya memang bercerita soal sulitnya menemukan jodoh ini. Mereka bicara soal usia yang kian bertambah, sulitnya menemukan pasangan yang sesuai kriteria atau masalah sakit hati karena terus bertemu dengan orang-orang yang bukan jodoh terbaik mereka. Walah! Sebenarnya permasalahan kami sama. Sama-sama masih mengencangkan urat leher untuk urusan menyuarakan permintaan kepada Allah agar diberikan yang terbaik dari yang terbaik. Tiada henti meminta, tiada henti berusaha. Meski kadang-kadang juga timbul pertanyaan. Apa iya kita harus mencari si jodoh ini? Kalau memang jodoh itu mesti dicari, mengapa begitu banyak orang menemukan jodohnya secara tidak sengaja apalagi terduga?

Soal jodoh tak terduga ini, saya punya cerita. Saya sering merekam kisah tentang orang-orang disekeliling saya yang secara tidak sengaja menemukan pasangan hidup mereka. saya punya kakak sepupu bernama Hepi yang tinggal di pelosok sumatera selatan, usianya sebagai wanita sudah cukup matang. Apalagi untuk kategori pedesaan. Sebagai anak perempuan tertua, dimana sang ibu sudah meninggal dunia saat dia kecil, kakak saya ini terpaksa menggantikan posisi ibu bagi adik-adiknya. Setelah adik-adiknya itu remaja, usianya tentu sudah tidak lagi muda. Tentu susah mencarikan jodoh baginya. Apalagi populasi warga desa plus daerah sekitarnya tentu juga tidak dapat dikatakan banyak untuk dapat memberikan pilihan beragam baginya.

Sehingga dapat dimaklumi, jika dari tahun ke tahun para keluarga kerap menunjukkan keprihatinan atas nasib jodohnya. Tetapi suatu hari, saat aku SMA, tiba-tiba keluargaku yang bermukim di Palembang kedatangan saudara jauh dari kerabat almarhum ayah di desa. Mereka datang dengan kalimat sakti mencengangkan, jika Ayuk (panggilan kakak perempuan bagi orang Palembang) Hepi akan segera menikah! wah, gimana ceritanya? Ternyata kakak kami ini menemukan jodohnya secara amat sangat tidak disengaja.

Suatu hari, ada seorang supir truk yang berhenti di depan rumah. Kebetulan, dia menanyakan alamat kepada kakak sepupu kami ini. Rupanya, dari pertemuan pertama ini keduanya menemukan chemistry...(hihihi). Alhasil, besoknya sang supir datang lagi. tapi kali ini bukan menanyakan alamat, karena alamat jodoh yang dicari sudah ketemu. saat pesta pernikahan Ayuk Hepi, kami para saudara sepupunya di Palembang menyempatkan datang. Saat ijab kabul, kami baru tahu kalau usia Ayuk Hepi jauh lebih tua dari suaminya. Dan yang lebih melegakan lagi, wajah suaminya ini ganteng pula! Sampai saat ini keduanya hidup bahagia di desa dengan anak-anak yang sudah beranjak remaja.

Lalu, ada juga cerita Ayuk Wati, tetangga sebelah rumah kami di Palembang. Dia juga merupakan anak tertua perempuan dalam keluarga. Karena ayahnya meninggal, sang ibulah yang kemudian menjadi tulung punggung keluarga. Ayuk Wati sebagai anak tertua bekerja keras jadi partner sejati sang ibu agar adik-adik mereka bisa makan dan sekolah. Jika kemudian adik-adiknya lebih dahulu menikah, Ayuk Wati tetap dalam kesendiriannya. Membantu ibunya membuat kue untuk jualan mereka. Padahal segenap cara sudah dilakukan keluarga mereka agar si Ayuk Wati ini ketemu jodohnya. Termasuk menemui orang "pintar" yang mensyaratkan agar dia rajin mandi kembang.

Soal kembang ini, saya juga sempat merinding. Dulu, tiap malam-malam tertentu saya ketakutan karena mencium wangi kembang. Saya pikir itu roh gentayangan karena ada tetangga yang baru meninggal dan dikuburkan. Tetapi keesokan paginya, ibu saya menemukan beraneka macam kembang di got belakang rumah kami yang menyatu dengan tetangga. Saat ibu menanyakan kepada tetangga kami tersebut, mereka membenarkan jika telah terjadi prosesi mandi kembang tengah malam. Entah apa karena itu kembang, atau karena memang jodohnya sudah datang. Beberapa tahun kemudian, tepatnya setelah setahun pernikahan saya (yang kini telah gagal)Ayuk Wati pun segera menikah. Jodohnya? Lagi-lagi orang yang secara tidak sengaja bertamu ke rumahnya. Kini mereka sudah mempunyai seorang putri yang lucu dan cantik.

Saya juga menemukan kisah unik dari perjodohan yang diawali dari dunia maya. Begitu banyak teman-teman saya yang bertemu jodohnya gara-gara facebook, frienster atau chatting di yahoomassenger. Dan pernikahan mereka nampak berjalan baik-baik saja sampai sekarang, bahkan sudah pada punya anak semua.

Jika itu tadi merupakan "jodoh teknlogi", maka saya juga punya teman kecil bernama Yani yang memanfaatkan media komunikasi zaman dulu, alias sahabat pena. Bertahun-tahun dia menyurati seorang pria dari luar kota bahkan sejak masih SMP. Berlanjut ke SMA, dan kemudian si pria tiba-tiba masuk menjadi prajurit TNI AD. Beberapa tahun kemudian, kedua anak manusia yang belum pernah berjumpa dan hanya saling lihat via foto ini, akhirnya bertemu. Mereka pun akhirnya memutuskan menikah. Duh, romantisnya!

Kalau tadi bicara soal menemukan jodoh yang tidak disengaja, saya juga memiliki kisah teman-teman yang mengusahakan jodoh mereka. Saya bertemu kembali dengan beberapa teman-teman masa SMP, SMA atau kuliah di dunia maya, mereka ternyata menikah dengan pacar mereka sejak SMP,SMA atau kuliah itu. Ada yang pacaran 9 tahun, ada yang 5 tahun, dsb. Artinya mereka memang berjuang untuk itu. Saya bahkan menjadi salah satu saksi betapa membaranya kisah mereka di masa lalu. Setia mencintai pacarnya meski mereka harus berpisah kota karena urusan kerja atau pendidikan. Dan saya juga yang kini mengetahui bahwa perjuangan mereka itu memang tidak sia-sia.

Tetapi misteri jodoh memang bak misteri jagad raya. Hanya Allah yang mengetahuinya. Kita benar-benar tidak tahu siapa jodoh kita. Jadi tidak perlu ditanya, apalagi direkayasa. Ikuti saja alurnya. Karena dia begitu rahasia dan mungkin tak terduga. Mungkin jalurnya harus lurus, atau justru berliku hingga sampai kehadapanmu.

Saya juga punya teman SMP bernama Utiek. Dia anak pandai di sekolah. Sebab itu, dia dikirim cerdas cermat bersama teman sekolah yang lain, termasuk adik kelas kami yang tak kalah cerdas bernama Yudha. Pada masa SMA, saya satu sekolah dengan Yudha ini sementara Utiek tidak. Saat saya kuliah, saya juga mendengar selentingan kabar jika keduanya justru menjalin hubungan dengan orang lain. Tetapi alangkah terkejutnya saya dikemudian hari, ketika kemudian kedua peserta cerdas cermat ini akhirnya menikah. Ternyata, adik si Utiek, si Euis yang menikah lebih dulu dari kakaknya ini mempertemukan kembali pasangan cerdas cermat ini. Setelah keduanya dewasa dan memiliki karir bagus tentunya. Dan jika kemarin mereka bersanding untuk ikut cerdas cermat di sebuah statiun televisi, maka akhirnya mereka bersanding dalam arti sebenarnya di depan penghulu.

Jadi, bersiaplah menanti jodoh anda. Mungkin dia sebenarnya adalah teman anda, tetangga atau mungkin justru musuh kita. Siapa tahu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar